HomeArtikelParenting Anak

Mengenal Pola Asuh Otoriter: Ciri & Dampaknya pada Anak

Mengenal Pola Asuh Otoriter: Ciri & Dampaknya pada Anak

Parenting Anak

Mengenal Pola Asuh Otoriter: Ciri & Dampaknya pada Anak

profile-Siti Nurmayani Putri

Penulis: Siti Nurmayani Putri

Rabu, 25 Juni 2025

Rating Artikel 0/5

|

0

Bagikan

*Telah Direview oleh Tim Medis Klikdokter


Pola asuh atau parenting dalam keluarga sangat berperan penting dalam membentuk karakter, kepribadian, dan kesehatan mental anak. Salah satu parenting style yang sering menjadi perdebatan adalah pola asuh otoriter. Sebagian orang tua menerapkan pola ini dengan harapan anak akan menjadi pribadi yang disiplin dan patuh. 


Namun, apakah benar pola asuh otoriter selalu efektif? Mari ketahui lebih lanjut ciri pola asuh otoriter dan dampaknya bagi anak lewat ulasan berikut ini.


Artikel lainnya: Generasi Alpha: Ciri, Tantangan, dan Tips Parenting Efektif


Apa Itu Pola Asuh Otoriter?


Pola asuh otoriter merupakan salah satu dari empat tipe pengasuhan yang dikenal dalam teori psikologi perkembangan anak, selain pola asuh permisif, otoritatif, dan lalai. Dalam pola ini, orang tua cenderung memegang kendali penuh atas anak dan menuntut kepatuhan tanpa banyak ruang untuk diskusi atau kompromi.


Pola asuh otoriter adalah gaya pengasuhan di mana orang tua memiliki kendali tinggi, menetapkan aturan yang ketat, dan menuntut ketaatan mutlak dari anak tanpa memberi ruang untuk negosiasi. Dalam pengasuhan ini, emosi anak kurang diperhatikan, dan kontrol lebih diutamakan daripada kehangatan emosional.


Segala bentuk pembangkangan biasanya ditanggapi dengan hukuman, bukan dengan komunikasi atau pemahaman. Berikut beberapa ciri khas dari pola asuh otoriter:


  1. Orang tua bersikap tegas, kaku, dan memaksa anak untuk patuh terhadap aturan
  2. Sering menggunakan hukuman fisik atau konsekuensi keras jika anak melanggar aturan
  3. Kurang memberikan kasih sayang, pujian, atau penghargaan atas prestasi anak
  4. Minim komunikasi terbuka, jarang mendengarkan pendapat anak
  5. Kontrol orang tua sangat tinggi, sementara responsivitas atau kehangatan sangat rendah


Mengapa Beberapa Orang Tua Menerapkan Pola Asuh Otoriter?



Meskipun sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pola asuh otoriter bisa berdampak negatif bagi perkembangan anak, nyatanya masih banyak orang tua yang memilih gaya pengasuhan ini. Alasannya bisa sangat beragam, mulai dari pengalaman pribadi hingga ketidaktahuan tentang alternatif pengasuhan yang lebih sehat.


1. Takut Anak Tidak Bahagia di Masa Depan


Sebagian orang tua merasa bahwa hidup penuh tantangan dan kesulitan. Mereka menganggap bahwa jika anak terlalu dimanja atau diberi kebebasan, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lemah, tidak siap menghadapi kenyataan hidup. Oleh karena itu, mereka memilih untuk "mengeraskan" anak sejak dini, agar lebih kuat dan mandiri.


Sayangnya, ketegasan yang berlebihan tanpa empati justru bisa mematahkan semangat anak dan membuat mereka tumbuh dalam ketakutan, bukan keberanian.


2. Pengalaman Masa Kecil Sendiri


Banyak orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan otoriter karena tumbuh dalam lingkungan yang serupa. Mereka dibesarkan oleh orang tua yang keras, dan akhirnya menganggap bahwa cara itulah yang benar karena merasa berhasil atau "baik-baik saja."


Padahal, bisa jadi luka batin dari masa kecil masih terbawa sampai dewasa, meski tidak disadari. Tanpa refleksi dan edukasi, siklus ini akan terus berulang dari generasi ke generasi.


3. Kurangnya Pengetahuan tentang Pola Asuh yang Sehat


Tidak semua orang tua mendapatkan edukasi yang cukup tentang parenting. Di banyak budaya, belum banyak ruang diskusi yang terbuka mengenai pentingnya membangun hubungan emosional yang sehat dengan anak.


Beberapa orang tua mungkin tidak tahu bahwa ada cara lain yang lebih efektif untuk membesarkan anak, misalnya dengan pendekatan otoritatif yang tetap disiplin tapi juga hangat dan terbuka terhadap komunikasi.


Artikel Lainnya: Memberikan Rewards dan Punishment untuk Hasil Rapor Anak


Perbedaan Pola Asuh Otoriter dengan Gaya Lain


Setiap parenting style memiliki karakteristik, kelebihan, dan kekurangan masing-masing. Berikut perbandingan pola asuh otoriter dengan tiga gaya pengasuhan lain yang umum:


Pola Asuh Permisif


Orang tua permisif sangat responsif dan bersahabat, tetapi tidak menetapkan batas jelas. Anak dibiarkan mengambil keputusan sendiri tanpa konsekuensi. Kekurangan pola asuh ini adalah anak sering menghadapi kesulitan dalam regulasi emosi, pengendalian diri, dan kemandirian anak.


Pola Asuh Demokratis (Autoritatif)


Gaya ini ideal karena mengimbangi kontrol dan kehangatan di mana KPeople sebagai orang tua menetapkan aturan tegas namun terbuka untuk berdiskusi. Anak diajak memahami mengapa aturan itu penting untuk membangun tanggung jawab anak dan kemampuan pengambilan keputusan mandiri.


Pola Asuh Abai (Neglectful)


Tipe ini paling minim interaksi emosional dan aturan. Anak dekat sekali dengan kata ‘kesepian’ dalam tumbuh kembangnya: tidak ada dukungan, tidak ada disiplin, tidak ada regulasi. Ini sangat berbeda drastis dari otoriter yang justru terlalu banyak kontrol.


Dampak Potensial Pola Asuh Otoriter pada Anak



Walau mungkin menghasilkan anak taat dalam jangka pendek, penelitian menunjukkan banyak dampak negatif dari pola asuh ini, baik secara langsung maupun yang muncul belakangan.


1. Dampak Jangka Pendek


Dalam jangka pendek, anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter cenderung patuh karena takut, bukan karena memahami alasan di balik aturan dan batasan yang diterapkan. Anak sering merasa tertekan, kurang inisiatif, dan tidak percaya diri. Mereka juga mungkin sering berbohong untuk menghindari hukuman atau konsekuensi keras dari orang tua.


Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal International Journal of Trends in Global Psychological Science and Education menemukan bahwa anak-anak dengan orang tua otoriter lebih rentan mengalami masalah kesejahteraan emosional, rendahnya kepercayaan diri, serta kesulitan dalam berinteraksi sosial. 


Kontrol yang terlalu ketat dan kurangnya komunikasi dua arah pada gilirannya membuat anak tidak terbiasa mengungkapkan pendapat dan emosi secara sehat.


2. Dampak Jangka Panjang


Dampak pola asuh otoriter tidak berhenti di masa kanak-kanak, berikut beberapa dampak jangka panjang yang bisa terjadi:


  • Self‑esteem rendah dan rentan gangguan mental seperti kecemasan atau depresi
  • Kesulitan mengambil keputusan sendiri dan agresif atau sangat pasif dalam menghadapi konflik
  • Potensi pemberontakan di masa remaja, terutama jika selama bertahun‑tahun diri mereka ditekan
  • Kesulitan dalam hubungan sosial, karena sejak kecil tidak latihan empati, berbicara dua arah, serta regulasi emosi


Artikel Lainnya: Cara Efektif Mengelola Emosi Saat Menghadapi Tantrum Balita


Bagaimana Jika Terlanjur Menerapkan Pola Asuh Otoriter?


Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Jika KPeople menyadari bahwa gaya pengasuhan selama ini terlalu otoriter, berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:


  1. Bangun komunikasi terbuka atau dua arah. Ajak anak berdialog, tanyakan pendapat dan rasanya, lalu jelaskan logika aturan. Orang tua bukan lagi “raja/ibu ratu” satu arah
  2. Mulai tanamkan empati. Ketika anak kesal atau bersedih karena aturan, katakan “Aku paham kamu sedih, tapi ini supaya…”. Dengan begini, anak jadi belajar mengenali emosinya sendiri dan mengerti orang lain
  3. Tetap konsisten dalam penerapan aturan. Akan tetapi, jika tanpa regulasi emosi dan disiplin anak tidak efektif, aturan jadi tidak berarti. Jelaskan konsekuensi, tetapi hindari hukuman fisik. Sebaiknya anak diberi pilihan untuk memperbaiki kesalahan.


Dengan langkah ini, orang tua mengajarkan tanggung jawab anak, regulasi emosi, dan kemandirian. Ini meninggalkan jejak otoritarian dan mengarah ke pola demokratis.


Kesimpulan


Pola asuh otoriter mungkin dimaksudkan sebagai bentuk cinta dalam balutan disiplin. Namun, jika tidak disertai empati dan komunikasi yang sehat, pola ini justru bisa menciptakan jarak emosional antara orang tua dan anak.


Memahami bahwa setiap anak adalah individu unik yang butuh didengarkan dan dimengerti adalah kunci utama dalam membesarkan anak yang bahagia dan sehat secara menyeluruh. Alih-alih fokus pada kepatuhan, marilah kita mulai fokus pada keterhubungan. Karena pada akhirnya, anak yang merasa dicintai akan lebih mudah mendengarkan dan belajar.


Untuk informasi lebih lanjut tentang parenting, kunjungi Informasi seputar Parenting Anak Terbaru. Nantinya, KPeople juga bisa mendapatkan sejumlah tips pengasuhan anak yang lengkap di aplikasi KPoin.


Melalui aplikasi Kpoin, KPeople dapat mengumpulkan poin dari setiap transaksi produk Kalbe dan menukarkannya dengan hadiah menarik seperti voucher belanja, saldo e-wallet hingga pulsa token listrik. Pelajari lebih lanjut Apa Itu Poin Loyalty Program Kpoin!


Jangan lupa juga untuk download aplikasi KPoin untuk melihat jumlah poin yang telah terkumpul serta dapatkan berbagai manfaat dan informasi kesehatan lainnya.


Referensi:


  • KlikDokter. Jenis-Jenis Pola Asuh dan Dampaknya pada Karakter Anak. Diakses dari https://www.klikdokter.com/ibu-anak/tips-parenting/jenis-jenis-pola-asuh-dan-dampaknya-pada-karakter-anak
  • KlikDokter. Mengenal Ciri-Ciri Orangtua dengan Pola Asuh Otoriter. Diakses dari https://www.klikdokter.com/ibu-anak/tips-parenting/mengenal-ciri-ciri-orangtua-dengan-pola-asuh-otoriter
  • KlikDokter. Dampak Pola Asuh Otoriter bagi Kesehatan Mental Anak. Diakses dari https://www.klikdokter.com/ibu-anak/kesehatan-anak/dampak-pola-asuh-otoriter-bagi-kesehatan-mental-anak
  • International Journal of Trends in Global Psychological Science and Education. Dampak Positif dan Negatif Pengasuhan Otoriter Orang Tua Terhadap Anak. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/381762694_Studi_literatur_Dampak_Positif_dan_Negatif_Pengasuhan_Otoriter_Orang_Tua_Terhadap_Anak(PDF) 
  • Kompasiana. Dampak Pola Asuh Otoriter Terhadap Anak. Diakses dari https://www.kompasiana.com/azkarohmatulhidayah4089/65d33984de948f23087ef8f4/dampak-pola-asuh-otoriter-terhadap-anak
  • RS Siloam. Mengenal 4 Jenis Pola Asuh Orang Tua & Efeknya Terhadap Anak. Diakses dari https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/jenis-jenis-pola-asuh-orang-tua
  • APPIHI. Dampak Pola Asuh Otoriter Orang Tua terhadap Kehidupan Sosial Anak di Dusun Rejo Mulyo Aceh Tamiang. Diakses dari https://journal.appihi.or.id/index.php/numeken/article/view/494
  • Bright Horizons. 4 types of parenting style. Diakses dari https://www.brighthorizons.com/article/parenting/parenting-style-four-types-of-parenting
  • NIH. Types of Parenting Styles and Effects on Children. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568743/

Komentar

empty-state-comment

Ayo, jadi orang pertama yang tulis komentar kamu di artikel ini!

Kamu akan diarahkan ke Aplikasi KPoin untuk berikan komen.