HomeArtikelParenting Anak

Toxic Parenting: Ciri, Dampak pada Anak & Cara Menyikapinya

Toxic Parenting: Ciri, Dampak pada Anak & Cara Menyikapinya

Parenting Anak

Toxic Parenting: Ciri, Dampak pada Anak & Cara Menyikapinya

profile-Siti Nurmayani Putri

Penulis: Siti Nurmayani Putri

Rabu, 25 Juni 2025

Rating Artikel 0/5

|

0

Bagikan

*Telah Direview oleh Tim Medis Klikdokter


Setiap orang tua, termasuk KPeople tentu ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Namun, ada kalanya cara mendidik yang keliru justru menimbulkan luka mendalam. Hal ini yang disebut sebagai pola asuh beracun atau toxic parenting


Bukan sekadar ketegasan semata, pola asuh ini dapat merusak kepercayaan diri, menyebabkan trauma masa kecil, serta mentransmisikan perilaku yang tak sehat ke generasi selanjutnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenali ciri-ciri toxic parenting dan memahami dampaknya agar bisa menciptakan hubungan keluarga yang sehat.


Artikel lainnya: Mengenal Pola Asuh Otoriter: Ciri & Dampaknya pada Anak


Apa Itu Toxic Parenting?


Toxic parenting adalah gaya asuh di mana orang tua menunjukkan perilaku merugikan secara fisik, verbal, atau emosional yang berlebihan, dan meninggalkan luka mendalam pada anak. Bisa berupa kontrol ekstrem atau mengabaikan kebutuhan emosional anak.


Menurut studi, pola ini dapat mencakup kritik berlebihan, gaslighting, hingga orang tua narsistik yang sangat memanipulasi perasaan anak. Dampaknya bukan sekadar pada masa kecil, namun juga berkembang menjadi trauma jangka panjang.


Ciri-Ciri Umum Perilaku Toxic Parenting


Toxic parenting muncul dalam berbagai bentuk, namun ciri-ciri umumnya yaitu:


  • Kontrol yang berlebihan atau sebaliknya pengabaian. Orang tua menetapkan standar tidak realistis dan melarang anak berpikir sendiri atau sebaliknya, menelantarkan mereka tanpa panduan spiritual atau emosional
  • Manipulasi emosional. Misalnya membuat anak merasa bersalah terus-menerus, atau melakukan gaslighting dengan menyangkal apa yang dikatakan atau dirasakan anak sehingga mereka meragukan dirinya
  • Tidak menghargai batasan dan privasi anak. Orang tua masuk ke ranah pribadi anak tanpa izin, misalnya membuka pesan, memaksa mereka bercerita, atau mencampuri pilihan pribadi
  • Mengabaikan atau meremehkan kebutuhan emosional anak. Tidak memberikan dukungan saat anak sedih, cemas, atau trauma, sehingga anak dibiarkan pendam emosi hingga muncul masalah mental
  • Menyalahkan anak secara tidak adil. Ketika orang tua frustasi, anak sering disalahkan 
  • Membanding-bandingkan anak dengan orang lain. Membandingkan ini bisa melemahkan rasa diri, dan menyebabkan trauma masa kecil
  • Perilaku agresif bahkan kekerasan (fisik & verbal). Bentakan, hinaan, atau bahkan pemukulan adalah bentuk toxic parenting paling ekstrem dan jelas berdampak negatif


Singkatnya, bila anak sering merasa bersalah, takut, tidak percaya diri, atau merasa tak dihormati, kemungkinan besar pola asuh yang diterapkan orang tuanya mengandung unsur toxic.


Artikel Lainnya: Pengaruh Selingkuh ke Emosional Anak


Dampak Jangka Panjang Toxic Parenting pada Anak



Tak hanya luka sesaat, pola asuh toxic parenting juga dapat meninggalkan bekas psikologis yang sangat dalam. Berikut beberapa dampak utama:


1. Anak Cenderung Terkena Masalah Kesehatan Mental


Anak yang mengalami toxic parenting berisiko lebih tinggi mengalami kecemasan, depresi, dan PTSD. Toxic parents dapat memicu stres kronis anak yang berkontribusi pada gangguan mental di masa dewasa.


2. Self-Esteem yang Rendah


Korban toxic parenting sering memiliki self-esteem rendah karena kritik berlebihan, pengabaian, dan dibanding-bandingkan. Ini membuat anak merasa dirinya tidak berharga.


3. Anak Sulit Mempercayai Orang Lain


Gaslighting dan manipulasi emosional menyebabkan trust issue jangka panjang. Si anak sulit percaya pada orang, takut dibohongi, atau merasa tak aman di hubungan interpersonal.


4. Cenderung Perfeksionisme atau Sebaliknya Self-Sabotage


Akibat dibebani ekspektasi tinggi tanpa dukungan emosional, sebagian anak menjadi perfeksionis, sehingga menyiksa diri untuk memenuhi standar. Sebagian lain memilih self-sabotage sebagai bentuk pelarian saat gagal.


5. Anak Berpotensi Mengulang Pola Toxic dalam Hubungan Sendiri


Tanpa kesadaran dan healing, anak yang tumbuh dalam toxic parenting dapat mengulangi pola pengasuhan serupa saat menjadi orang tua atau dalam hubungan dewasa. Anak bisa meneruskan luka masa kecilnya kepada generasi berikutnya.


Artikel Lainnya: Tips Membentuk Kebiasaan Positif pada Anak Balita Sejak Dini


Langkah-Langkah Menyikapi atau Mengubah Pola Asuh Toxic (untuk Orang Tua)



Meski menyakitkan, bukan berarti pola ini tak dapat diubah. Berikut beberapa langkah healing dan perubahan yang bisa dilakukan:


  • Mengakui dan Memvalidasi Kekurangan Pola Asuh. Langkah pertama adalah jujur pada diri sendiri. Akui bila pernah mengontrol berlebihan, manipulasi emosional, atau melewatkan kebutuhan anak
  • Mulai Membangun Komunikasi Terbuka dengan Anak. Tanyakan kabar mereka, dengarkan tanpa menghakimi. Jadikan ruangan keluarga tempat di mana diskusi bebas dan aman berkembang
  • Mulai Menetapkan Batasan (boundaries) yang Sehat. Hormati privasi anak, baik ruang fisik maupun emosional. Ini disebut komunikasi sehat yang baik untuk ikatan jangka panjang
  • Mencari Dukungan. Healing tak melulu sendirian. Orang tua bisa mencari teman yang sudah melewati pola serupa, pasangan, komunitas parenting, hingga bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater
  • Berkomitmen untuk Perubahan yang Lebih Baik. Ubah dari satu kebiasaan, misalnya mulai puji anak atas usaha, bukan hasil, menanyakan alasannya sebelum memarahi, dan serius membangun suasana penuh dukungan emosional


Belajar mengenali kekeliruan adalah bentuk cinta. Dengan komitmen tumbuh bersama, hubungan orang tua–anak bisa dibangun kembali berdasarkan empati dan kasih sejati, bukan ketakutan.


Artikel lainnya: Mengenal Pola Asuh Permisif: Ciri & Dampaknya pada Anak


Kesimpulan


Pola asuh beracun (toxic parenting) bukan sekadar perbedaan gaya, melainkan bentuk luka emosi yang bisa membentuk persoalan psikologis anak seperti kecemasan, depresi, trauma masa kecil, self-esteem rendah, dan kesulitan membangun hubungan sehat. Namun, perubahan senantiasa mungkin melalui kesadaran, komunikasi terbuka, batasan sehat, dukungan, dan terapi. 


Ingin mendapatkan informasi lebih lanjut seputar dunia parenting? Kunjungi Informasi seputar Parenting Anak Terbaru. Dapatkan berbagai tips lengkap untuk pengasuhan buah hati tercinta.


Selain itu, ikuti program loyalitas Kpoin di mana Kpeople berkesempatan mendapatkan poin dari setiap pembelanjaan produk dan layanan kesehatan Kalbe. Jangan lupa, tukarkan poin tersebut dengan hadiah menarik dan potongan harga pembelian berikutnya. 


Pelajari lebih lanjut lanjut Apa Itu Poin Loyalty KPoin dan jangan lupa unduh aplikasi KPOIN di App Store atau Google Play Store sekarang juga untuk melihat jumlah poin yang telah terkumpul serta info promo terbaru.


Referensi:


  • KlikDokter. Dampak Pola Asuh Toxic Parents pada Tumbuh Kembang Anak. Diakses dari https://www.klikdokter.com/ibu-anak/kesehatan-anak/dampak-pola-asuh-toxic-parents-pada-tumbuh-kembang-anak
  • KlikDokter. Kenali Tanda Pola Asuh Toxic Parents. Diakses dari https://www.klikdokter.com/ibu-anak/tips-parenting/kenali-tanda-pola-asuh-toxic-parents
  • Parents. 9 Toxic Parenting Habits That Are Hurting Your Child’s Development. Diakses dari https://www.parents.com/9-toxic-parenting-habits-that-are-hurting-your-childs-development-116940559
  • Indonesia Journal of Guidance and Counseling. TOXIC PARENTING AND ITS IMPACT ON CHILDREN'S LANGUAGE ETHICS. Diakses dari https://ejournal.utp.ac.id/index.php/CIJGC/article/view/2534
  • Butterfly Beginnings Counseling. What is Toxic Parenting?. Diakses dari https://www.butterflybeginningscounseling.com/2021/12/20/what-is-toxic-parenting/.

Komentar

empty-state-comment

Ayo, jadi orang pertama yang tulis komentar kamu di artikel ini!

Kamu akan diarahkan ke Aplikasi KPoin untuk berikan komen.