
Kesehatan Anak
Mengenal Stunting, Penyebab, Dampak & Cara Mencegahnya

Penulis: Siti Nurmayani Putri
Rabu, 18 Juni 2025
Rating Artikel 5/5
|
1
Bagikan
*Telah Direview oleh Tim Medis Klikdokter
Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan anak yang sering kali tidak disadari sejak dini, namun berdampak besar dalam jangka panjang. Kondisi ini menjadi tantangan serius dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Banyak orang tua mungkin berpikir anak yang pendek hanyalah turunan dari orang tuanya, padahal bisa jadi ini adalah tanda dari masalah yang lebih kompleks, yaitu gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis.
Artikel lainnya: Gizi Balita Usia 1-5 Tahun: Panduan Lengkap untuk Orang Tua
Apa Itu Stunting?
Stunting adalah kondisi anak yang mengalami gangguan pertumbuhan fisik akibat kekurangan gizi kronis dalam waktu lama, terutama pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun. Kondisi ini diukur berdasarkan tinggi badan menurut usia (TB/U) yang berada di bawah -2 Standar Deviasi (SD) kurva pertumbuhan WHO.
Perlu dicatat, stunting berbeda dengan kondisi pendek karena faktor genetik. Anak yang mengalami stunting tidak hanya lebih pendek dari teman seusianya, tetapi juga memiliki risiko gangguan perkembangan kognitif, kesehatan, dan produktivitas di masa depan. Ini adalah masalah kronis yang terjadi secara perlahan, bukan kondisi akut yang tiba-tiba muncul.
Ciri-Ciri Anak yang Mengalami Stunting
Adanya stunting bisa dilihat dari ciri-ciri berikut:
- Pertumbuhan melambat atau menyimpang dari kurva pertumbuhan WHO
- Perkembangan kognitif terhambat, seperti sulit fokus dan lambat belajar
- Wajah terlihat lebih muda dibanding usianya, dengan tubuh kecil
- Imunitas menurun, sehingga anak mudah sakit
Namun diagnosis akurat harus berdasarkan pengukuran TB/U oleh tenaga kesehatan di faskes atau Posyandu, bukan melihat penampilan saja.
Penyebab Utama Terjadinya Stunting
Stunting terjadi karena kombinasi berbagai faktor, mulai dari asupan gizi, kesehatan lingkungan, hingga kondisi sosial ekonomi keluarga. Berikut adalah beberapa penyebab utamanya yang perlu KPeople ketahui:
1. Faktor Gizi (Paling Dominan)
Asupan gizi yang tidak memadai saat periode HPK adalah pemicu utama stunting. Ini bisa terjadi akibat beberapa faktor, seperti:
- Kurang gizi pada ibu hamil, termasuk defisiensi zat besi dan protein, dapat menyebabkan bayi lahir kecil dan meningkatkan risiko stunting
- ASI eksklusif tidak dijalani selama 6 bulan pertama, padahal ini penting untuk pencegahan stunting
- MPASI tidak adekuat, baik jumlah, frekuensi, maupun kandungan seperti protein hewani dan variasi, menyebabkan kurang gizi berlanjut
Artikel Lainnya: 8 Resep MPASI 4 Bintang yang Simpel, Lezat & Bergizi Lengkap
2. Faktor Kesehatan & Lingkungan
Stunting juga disebabkan oleh kondisi kesehatan dan lingkungan yang buruk, seperti:
- Infeksi berulang seperti diare, ISPA, dan cacingan menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi
- Sanitasi buruk dan kurangnya air bersih memicu penyakit yang memperparah malnutrisi
- Akses layanan kesehatan yang terbatas membuat kondisi gizi dan penyakit tidak tertangani dengan baik
3. Faktor Non-Kesehatan
Tingkat pendidikan ibu yang rendah sering kali berpengaruh pada praktik pengasuhan yang kurang tepat. Selain itu, kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga juga menjadi faktor besar yang berkontribusi terhadap stunting, karena sulitnya akses pada makanan bergizi dan pelayanan kesehatan.
Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang Stunting
Stunting memberi dampak luas, baik langsung maupun bertahap yang dirasakan hingga masa dewasa. Oleh karena itu, memahami dua kelompok dampak, yakni jangka pendek dan panjang menjadi penting agar upaya pencegahan lebih komprehensif.
Jangka Pendek
Dalam jangka pendek, stunting menyebabkan gangguan perkembangan otak dan kognitif, penurunan kekebalan tubuh, dan gangguan pertumbuhan fisik. Anak menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan sering mengalami gangguan belajar.
Jangka Panjang
Menurut Kemenkes, efek stunting tidak berhenti di masa anak-anak. Anak yang stunting memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung saat dewasa.
Selain itu, mereka juga memiliki kemampuan belajar dan produktivitas kerja yang lebih rendah, serta potensi untuk melahirkan anak dengan stunting, sehingga muncul dampak antargenerasi.
Cara Efektif Mencegah Stunting
Intervensi pencegahan stunting harus dilakukan secara menyeluruh menggabungkan strategi gizi spesifik, sensitif, dan kebijakan yang mendukung. Semua dimulai dari masa 1000 HPK, agar selangkah lebih efektif mencegah stunting dari awal.
1. Periode Emas Pencegahan Stunting: 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun, merupakan masa krusial untuk mencegah stunting. Pada masa ini, otak dan tubuh anak tumbuh sangat cepat dan sensitif terhadap asupan gizi. Edukasi kepada ibu tentang pentingnya gizi ibu hamil dan perawatan anak menjadi kunci.
Artikel Lainnya: 9 Makanan Tinggi Serat untuk Anak dan Perhitungannya
2. Intervensi Gizi Spesifik
Intervensi gizi spesifik adalah langkah langsung yang menyasar perbaikan status gizi pada ibu dan anak, termasuk:
- Pemenuhan gizi ibu hamil, termasuk suplementasi zat besi dan protein hewani selama kehamilan
- Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
- MPASI adekuat dengan kandungan protein hewani, zat besi, vitamin, dan mineral penting lainnya
- Pemantauan pertumbuhan anak secara rutin di Posyandu atau fasilitas kesehatan
3. Intervensi Gizi Sensitif
Intervensi gizi sensitif dilakukan di luar sektor kesehatan namun sangat berperan dalam mencegah stunting, seperti:
- Peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi layak, untuk mencegah penyakit infeksi berulang seperti diare dan cacingan
- Akses layanan kesehatan dasar yang memadai, seperti imunisasi dan pelayanan kehamilan
- Program bantuan sosial dan ketahanan pangan keluarga, agar semua keluarga, tetap bisa memenuhi kebutuhan nutrisi anaknya
Kesimpulan
Stunting bukan sekadar masalah anak pendek, tapi tanda adanya malnutrisi kronis yang menghambat tumbuh kembang anak secara fisik dan kognitif. Pencegahan harus dimulai sedini mungkin, terutama dalam periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Upaya pencegahan tidak cukup hanya dengan perbaikan pola makan, tetapi juga harus melibatkan perbaikan sanitasi, layanan kesehatan, pendidikan ibu, dan dukungan ekonomi keluarga. Ini bukan hanya tugas Kpeople sebagai orang tua, tapi tanggung jawab bersama seluruh pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat.
Dapatkan informasi lebih lanjut tentang kesehatan anak dengan mengunjungi Informasi seputar Kesehatan Anak Terbaru. KPeople dapat mengeksplorasi berbagai tips hidup sehat lainnya untuk si buah hati.
Jangan lupa, download aplikasi KPoin untuk mendapatkan promo menarik yang sedang berlangsung, baik dari produk kesehatan hingga pelayanan kesehatan dari Kalbe.
Melalui aplikasi Kpoin, KPeople dapat mengumpulkan poin dari setiap transaksi produk Kalbe dan menukarkannya dengan hadiah menarik seperti voucher belanja, saldo e-wallet hingga pulsa token listrik. Pelajari lebih lanjut Apa Itu Poin Loyalty Program Kpoin!
Referensi:
- KlikDokter. Mengenal Stunting: Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya. Diakses dari https://www.klikdokter.com/ibu-anak/kesehatan-anak/penyebab-dan-cara-mencegah-stunting-pada-anak
- KlikDokter. 9 Ciri Anak Stunting yang Harus Diwaspadai. Diakses dari https://www.klikdokter.com/ibu-anak/kesehatan-anak/tanda-anak-stunting-yang-perlu-anda-perhatikan
- Kemenkes. Stunting. Diakses dari https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/defisiensi-nutrisi/stunting
- NIH. A review of child stunting determinants in Indonesia. Diakses dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6175423/
Komentar

fuji • Rating 5/5
Jumat, 20 Juni 2025

Admin KPoin
Jumat, 20 Juni 2025
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi KPoin untuk berikan komen.